SEJARAH TARI
TOR-TOR
Menurut Togarma Naibaho, pendiri
Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal dari suara
entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan
iringan Gondang yang juga berirama mengentak. "Tujuan tarian ini dulu untuk
upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini
memiliki proses ritual yang harus dilalui. Pesan ritual
itu, ada tiga yang utama. Yakni takut dan taat pada Tuhan, sebelum tari dimulai
harus ada musik persembahan pada Yang Maha Esa. Kemudian dilanjutkan pesan
ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati. Terakhir,
pesan untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara. Barulah dilanjutkan ke
tema apa dalam upacara itu.
"Makna tarian ini ada tiga, selain untuk ritual
juga untuk penyemangat jiwa. Seperti makanan untuk jiwa. Makna terakhir sebagai
sarana untuk menghibur.Durasi Tari
Tor-tor bervariasi, mulai dari tiga hingga sepuluh menit. Di tanah Batak, hal
ini tergantung dari permintaan satu rombongan yang mau menyampaikan suatu hal
ke rombongan lain. Dimintalah satu buah lagu pada pemusik. Jika maksud sudah
tersampaikan, barulah tarian dihentikan.
Tarian ini akhirnya bertransformasi di Ibu Kota karena
mulai ditampilkan di upacara perkawinan. Jika sudah sampai di upacara ini,
bentuknya bukan lagi ritual melainkan hiburan. Karena menjadi tontonan dan
tidak semua yang hadir ikut terlibat dalam tarian tersebut.
TUJUAN
TARI TOR-TOR
Adapun
yang menjadi tujuan dari pementasan tari tortor adalah untuk upacara
kematian,panen,penyembuhan dan pesta muda mudi di lain itu tarian ini juga
mempunyai ritual yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum memainkannya.
Proses Ritual itu mengandung tiga pesan yaitu takut dan patuh kepada tuhan yang
maha esa,kemudian yang kedua adalah pesan untuk para leluhur dang orang - orang
yang di hormati.yang terakhir pesan diperuntukkan bagi khalayak ramai yang
hadir saat upacara atau pementasan seni tari tortor diadakan.
ALAT MUSIK TARI TOR-TOR
Gondang Sembilan
Tari Tor-tor selalu ditampilkan dengan tabuhan Gondang
Sembilan. Warga Mandailing biasanya menyebutnya Gordang Sembilan, sesuai dengan
jumlah gendang yang ditabuh.Jumlah gendang ini merupakan yang terbanyak di
wilayah Suku Batak. Karena gendang di wilayah lainnya seperti Batak Pakpak
hanya delapan buah, Batak Simalungun tujuh buah, Toba enam buah, dan di Batak
Karo tingga tersisa dua buah gendang.banyaknya jumlah gendang ini ada
hubungannya dengan pengaruh Islam di Mandailing. Di mana besarnya gendang
hampir sama dengan besar bedug yang ada di masjid. "Ada kesejajaran dengan
agama Islam. Bunyi gendangnya pun mirip seperti bedug."
Gendang ini
juga punya ciri khas lain yakni pelantun yang disebut Maronang onang. Si
pelantun ini biasanya dari kaum lelaki yang bersenandung syair tentang sejarah
seseorang, doa, dan berkat. "Senandungnya sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh komunitas peminta acara.
RAGAM TARI TOR-TOR
Jenis tarian Tor Tor banyak ragamnya, yakni:
1.
Tor Tor Pangurason
(tari pembersihan).Tari ini biasanya digelar pada
saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih
dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
2.
Tor Tor Sipitu Cawan
(Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada
saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang
mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya
piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
3.
Tor Tor Tunggal
Panaluan . Biasanya digelar apabila suatu
desa dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat
petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal
panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua
tengah, dan Benua bawah.
Tor Tor pada jaman
sekarang untuk orang Batak tidak lagi hanya diasumsikan dengan dunia roh,
tetapi menjadi sebuah seni karena Tor Tor menjadi perangkat budaya dalam setiap
kegiatan adat orang Batak.